Kenali 5 Tahapan Kecanduan Ini dan Segera Rehabilitasi

  • BloggerIndonesia
  • Sep 29, 2022

Kecanduan jarang terjadi dalam semalam, biasanya seseorang yang menjadi pecandu dimulai dari sekedar coba-coba atau tujuan rekreasional namun bisa berubah menjadi kecanduan setelah melalui beberapa tahap pemakaian.

Kecanduan merupakan masalah patologis yang berujung pada masalah kerusakan organ tubuh dan mental, mengacaukan hubungan pribadi, menimbulkan masalah finansial, masalah hukum, overdosis hingga kematian. Namun, dilansir oleh sindo masalah penyalahgunaan zat pada fase apapun dapat diatasi melalui terapi dalam proses rehabilitasi selama penyalahguna menyadari masalahnya dan segera memutuskan untuk rehabilitasi.

1. Tahap Coba Pakai

Rasa keingintahuan adalah sifat dasar sebagian besar manusia, terutama saat kita masih muda dan ingin merasakan pengalaman atau sensasi baru dalam hidup. Coba kita tanya pada seorang pecandu, apakah mereka benar-benar ingin menjadi pecandu? Jawabnya, sebagian besar pecandu tidak ada yang ingin menjadi ketergantungan secara fisik maupun psikologis pada narkoba. Pada umumnya, sering kali dimulai dari rasa penasaran pada sesuatu yang belum pernah dicoba. Kita mungkin pernah ditawari sabu atau ekstasi oleh teman saat ‘hangout’ bareng. Terlepas dari alasan menerima tawaran tersebut, pastinya pengguna tidak ada rencana untuk memakainya secara terus menerus.

Bereksperimen dengan narkoba tidak selalu berarti untuk bersenang-senang, beberapa orang kesulitan me-manage stres dan masalah mereka dan berpikir bahwa narkoba dapat dijadikan sebagai pelarian. Atau ada juga beberapa jenis obat yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit jika diresepkan oleh dokter dan dikonsumsi dibawah pengawasan medis, namun digunakan sendiri tanpa pengawasan medis maka seseorang akan rentan menjadi kecanduan.

Tahap Coba Pakai ditandai dengan penggunaan sekali secara sukarela. Pada titik ini, kita masih merasa dapat mengendalikan penggunaan narkoba, berpikir bisa berhenti kapan saja dan tidak berniat meneruskannya.

2. Tahap Reguler untuk Rekreasional atau Situasional

Dari tahap Coba Pakai pengguna  bisa ‘naik kelas’ menjadi penggunaan rutin atau rekreasional, misalnya setiap ‘hangout’ dengan teman, penggunaan narkoba sudah menjadi ‘menu’ dalam acara tersebut. Pada titik ini, pengguna memang belum bergantung pada zat tersebut baik secara fisik maupun psikologis, namun tanpa disadari otak sudah mulai terlatih untuk merespon manfaat penggunaan zat seperti:

– meredakan sakit

– mengurangi stres

– menurunkan berat badan

– relaksasi

– perasaan ‘high’.

Di fase ini, pengguna merasa masih dapat mengontrol penggunaan narkoba dan bisa berhenti sewaktu-waktu, tetapi pengguna terlanjur merasakan efek menyenangkan dari zat tersebut dan ada keinginan untuk memakainya lagi.

3. Tahap Penggunaan Beresiko

Pada tahap ini, masalah mulai bermunculan akibat penggunaan narkoba, seperti mempengarruhi kinerja, penurunan nilai di sekolah atau tempat kerja, hubungan sosial dan keuangan. Narkoba mulai mempengaruhi cara berpikir hingga tingkah laku, pengguna bisa berperilaku yang meresikokan keselamatannya, seperti mengemudi dibawah pengaruh zat, seks bebas, mencuri, kekerasan dan tindak kriminal lainnya.  Pada tahap ini pengguna menjadi sadar akan masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan zatnya, seperti ditangkap polisi, bermasalah dengan keluarga, putus hubungan dengan pasangan, dikeluarkan dari sekolah atau  dipecat dari pekerjaan.

Begitu penggunaan narkoba sudah menjadi memunculkan masalah, maka justru akan sangat sulit untuk berhenti pakai. Mulai muncul dorongan kuat atau ‘craving’ untuk memakai sekalipun sudah berpikir untuk berhenti, namun pengguna merasa sangat kesulitan untuk mengatasi dorongan tersebut.

4. Tahap Ketergantungan

Ketergantungan terjadi ketika otak sudah mulai terbiasa dengan sensasi yang dihasilkan oleh zat seperti sabu, kokain, alkohol, mariyuana atau obat-obat opioid lainnya sehingga pengguna merasa membutuhkan zat tersebut untuk dapat merasa ‘normal’. Selanjutnya ambang toleransi terhadap zat meningkat sehingga perlu menaikan dosis untuk mendapatkan sensasi yang diinginkan.

Ketergantungan bisa terjadi secara fisik atau psikologis, beberapa zat seperti opiat, benzodiazepine dan alkohol dapat menimbulkan efek fisik gejala putus zat saat berhenti pakai, seperti gemetar, berdebar, berkeringat, nyeri otot, nyeri tulang dan lain sebagainya. Sementara itu efek psikologis dari gejala putus zat antara lain  kecemasan, depresi, kesulitan fokus dan menjadi pelupa.

Jika sudah pada tahap ini, pengguna sudah kesulitan mengontrol penggunaannya – tidak mampu untuk berhenti sendiri. Pengguna menyadari akan bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan, karir dan keluarga tetapi tidak dapat berhenti menggunakan zatnya. Tubuh dan pikiran bergantung pada pemakaian zat tersebut, kecuali jika pengguna segera memutuskan untuk menjalani detoksifikasi dan psikoterapi. Tidak menutup kemungkinan dikemudian hari pengguna kembali relapse.

5. Tahap Kecanduan

Ditahap kecanduan, ketergantungan pada zat sudah semakin kompulsif. Pengguna sangat membutuhkan zatnya untuk dapat ‘berfungsi’ dan akan melakukan apa saja unyuk mendapatkannya. Ketika tidak mendapatkan zatnya, muncul ‘craving’ yang tak tertahankan dan seluruh hidupnya terasa diluar kendali. Pada titik ini, narkoba lah yang mengendalikan hidup si pengguna. National Institutre of Drug Abuse (NIDA) mendefinisikan kecanduan sebagai penyakit kronis yang melibatkan neurotransmitter di otak yang mempengaruhi motivasi, ingatan dan penghargaan. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang lebih cepat mengalami kecanduan daripada orang lain. Efek kecanduan antara lain:

  • Relapse kronis
  • Kurangnya kesadaran tentang masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba
  • Hilangnya respon emosional
  • Merusak hubungan sosial
  • Penyakit fisik
  • Kematian

Jangan tunggu sampai kecanduan untuk rehabilitasi, konselor adiksi di BNN Kota Malang bersedia membantu memulihkan pengguna yang berada ditahap manapun, mulai dari edukasi bahaya narkoba dan konseling yang membantu pengguna memutuskan ikatan fisik dan psikologis terhadap narkoba.

Related Post :